Santo-Santa
11 November
11 November
Santo Martinus dari Tours, Uskup dan Pengaku Iman
Martinus lahir di Sabaria, Pannonia (sekarang: Szombathely, Hungaria
Barat) pada tahun 335 dan dibesarkan di Italia. Ayahnya seorang perwira
tinggi Romawi yang masih kafir. Sulpicius Severus, pengikut dan penulis
riwayat hidupnya, mengatakan bahwa Martinus pada umur 10 tahun diam-diam
mengikuti pelajaran agama Kristen tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Ayahnya sangat mengharapkan dia menjadi perwira Romawi seperti dirinya.
Oleh karena itu pada usia 15 tahun, ia memasukkan Martinus dalam dinas
militer.
Dalam suatu perjalanan dinas ke kota Amiens, pada musim dingin tahun
itu, Martinus berpapasan dengan seorang pengemis malang yang sedang
kedinginan di pintu gerbang kota. Pengemis itu mengulurkan tangannya
meminta sesuatu dari padanya. Kasihan ia tidak membawa uang sesen pun
pada waktu itu. Apa yang dilakukannya? Tergerak oleh belaskasihannya
yang besar pada pengemis malang itu, ia segera menghunus pedangnya dan
membelah mantelnya yang indah itu: sebagian
untuk dia dan sebagian diberikan kepada pengemis itu.
Ketika memasuki kota Amiens, banyak orang menertawakan dia karena
mantelnya yang aneh itu.
Pada malam itu juga, Yesus bersama sejumlah malaekat Allah menampakkan
diri kepadanya. Dalam penglihatan itu Martinus melihat Yesus mengenakan
mantel setengah potong yang sama dengan bagian mantel yang diberikan
kepada pengemis malang tadi. Kepada para malaekat itu Yesus berkata:
"Martin, seorang katekumen memberikan Aku mantel ini." Tak lama kemudian
ia dipermandikan dan segera mengajukan permohonan pengunduran diri dari
dinas ketentaraan. Kepada atasannya ia berkata: "Saya ini tentara
Kristus, karena itu saya tidak boleh berperang." Atasannya dan
perwira-perwira lainnya mencerca dan menuduhnya pengecut. Tetapi dengan
tegas Martinus menjawab: "Saya berani pergi berperang dan bersedia
berdiri di front terdepan tanpa membawa sepucuk senjata pun." Akhirnya
permohonannya dikabulkan dan ia secara resmi berhenti dari dinas militer
Romawi.
Sesudah itu ia menjadi murid Santo Hilarius, Uskup Poiters. Setelah
beberapa lama dididik oleh Santo Hironimus, ia ditahbiskan menjadi imam
dan diutus ke Illirikum, Yugoslavia untuk mewartakan Injil di sana.
Tetapi karena ia mendapat banyak tantangan dari para penganut aliran
sesat Arianisme, maka ia mengundurkan diri dan hidup bertapa di sebuah
pulau dekat pantai selatan Prancis. Kemudian ia bergabung lagi dengan
Santo Hilarius dan mendirikan sebuah biara di Liguge, Prancis. Inilah
biara pertama di Prancis. Di dalam biara ini ia menjadi pembimbing bagi
rahib-rahib lain yang ingin mengikuti jejaknya.
Kemudian pada usia 55 tahun, ia ditahbiskan menjadi Uskup Tours. Ia
tidak mempunyai istana yang istimewa, hanya sebuah bilik sederhana di
samping sakristi gereja. Bersama rahib-rahibnya, Martinus giat
mewartakan Injil. Kotbah-kotbahnya diteguhkan Tuhan dengan banyak
mujizat. Dengan berjalan kaki, naik keledai atau dengan perahu layar ia
mengunjungi semua desa di keuskupannya. Ia tak gentar menghancurkan
tempat-tempat pemujaan berhala, dan tanpa takut-takut menentang praktek
hukuman mati yang dijatuhkan kaisar terhadap tukang-tukang sihir dan
penyebar ajaran sesat. Itulah sebabnya ia tidak disukai oleh orang-orang
Kristen yang fanatik. Tetapi Martinus tetap pada pendiriannya:
menjunjung tinggi keadilan dan menentang sistim paksaan. Martinus adalah
salah seorang dari para kudus yang bukan martir. Ia meninggal dunia
pada tanggal 8 Nopember 397.
Santo Mennas, Martir
Orang kudus ini berasal dari Mesir dan dikenal sebagai penjaga unta.
Kemudian ia menjadi prajurit dalam dinas militer Romawi pada masa
pemerintahan Kaisar Diokletianus. Sewaktu bertugas di Phrygia, Asia
Kecil, ia ditangkap karena imannya dan dibunuh pada tahun 295.
Jenazahnya dimakamkan di Karm Aba Mina yang sampai kini menjadi tempat
ziarah ramai. Dahulu kala di Roma terdapat sebuah gereja yang didirikan
di Via Ostia untuk menghormati dia.
Santo Teodoros Konstantinopel
Teodoros lahir di Kerak (sekarang: Yordan) dan meninggal di Bithynia,
Asia Kecil pada tahun 841. Mulanya ia menjadi biarawan di Yerusalem dan
setelah ditahbiskan menjadi imam, ia dikirim ke Konstantinopel bersama
saudaranya Santo Theophanes untuk melancarkan perlawanan terhadap kaum
bidaah Ikonoklasme yang didukung oleh Kaisar Leo V (813-820). Tetapi
atas perintah raja, mereka dibuang ke sebuah pulau di Laut Hitam,
terutama karena mereka berani mencela perceraian kaisar dengan
isterinya, dan menentang usaha raja untuk mengeluarkan semua gambar suci
dari dalam gereja. Ikonoklasme adalah aliran kepercayaan yang menentang
dipasangnya gambar-gambar atau ikon-ikon suci di dalam gereja.
Kemudian ketika Theophilus, juga seorang penganut Ikonoklasme, menjadi
kaisar (829-842), mereka kembali ke Konstantinopel. Namun kemudian
mereka ditangkap sekali lagi dan dibuang. Jadi dua kali mereka mengalami
pembuangan itu. Akibatnya Theodarus meninggal di Bithynia, Asia Kecil
pada tahun 814, sebagai akibat dari penganiayaan atas dirinya. Sedangkan
Theofanes setelah pembuangan itu menjadi Uskup di Nicea. Ia wafat pada
tahun 845.
Theodoros sangat gigih dalam membebaskan Gereja dari kekuasaan dan
pengawasan negara, yang dianggapnya selalu meremehkan semangat
Kristiani. Ia juga dikenal sebagai tokoh pembaharu hidup membiara yang
sangat besar pengaruhnya di kalangan Gereja Timur. Selama berada di
tempat pembuangan itu, ia sangat rajin menulis berbagai karya tulis:
katekese, kotbah, nyanyian dan buku-buku untuk membela iman yang benar.
Santo Theodoros Studite, Abbas dan Pengaku Iman
Theodoros lahir pada tahun 759 di sebuah kota dekat Akroinum, Asia
Kecil. Dalam soal kehidupan membiara di Konstantinopel, Byzantium,
beliau tergolong seorang rahib dan abbas yang mempunyai pengaruh besar.
Ia tetap menjunjung tinggi penghormatan kepada gambar-gambar kudus yang
dipajangkan di dalam gereja sebagai perlawanan terhadap bidaah
ikonoklasme. Sebagai akibat dari perjuangannya mempertahankan
ajaran-ajaran Gereja, ia beberapa kali dibuang dan akhirnya meninggal
dunia pada tanggal 11 Nopember 826, di Akritas (sekarang: Cape Gallo,
Yunani).
Pada tahun 794, ia menjadi Abbas sebuah biara, yang didirikan di lahan
perkebunan milik ayahnya di Sakkoudion, dekat Olympus. Dalam kedudukan
itu, ia melancarkan kritik terhadap perkawinan kembali kaisar
Konstantinus VI (780-797), setelah perceraiannya; kritikan itu
mengakibatkan pembuangan atas dirinya ke Salonika. Tetapi pada tahun
797, ia diizinkan kembali oleh penguasa yang baru. Tak lama kemudian
para perompak-perompak Islam memaksa Theodoros bersama rahib-rahibnya
pindah ke Konstantinopel. Di Konstantinopel mereka diizinkan menetap di
sebuah biara pertapaan di Studion. Pada tahun 799 Theodoros menjadi
Abbas di biara Studion dan aktif menulis beberapa karangan tentang corak
hidup membiara.
Pada tahun 809 Theodoros sekali lagi dibuang demi melindungi Nicephoras,
seorang awam yang diangkat menjadi patriark Konstantinopel. Tetapi pada
tahun 813 dari tempat pembuangannya, Theodoros mendukung Patriark
Nicephorus dalam usahanya melawan bidaah ikonoklasme; sebagai akibatnya,
Nicephorus pun segera menyusul dia ke pembuangan. Tujuh tahun kemudian,
Theodoros diizinkan kembali ke Konstantinopel, tetapi pertentangan yang
terus menerus dilancarkannya terhadap para penganut ikonoklasme
mengakibatkan pembuangannya yang terakhir di Akritas hingga wafatnya
pada tanggal 11 Nopember 826. Ia dimakamkan pertama di Akritas dan
kemudian relikuinya dipindahkan ke biara Studion pada tahun 844.